Pages - Menu

Jumat, 12 Februari 2016

Belum Jadi Terdakwa, Indra Bekti Diserang Habis-Habisan

Gambar 1 Indra Bekti bersama istrinya, Aldila Jelita, yang selalu setia menemani walaupun banyak pemberitaan miring terhadap suaminya.

Setelah media di Indonesia dipenuhi pemberitaan tentang kasus pembunuhan Mirna, saat ini media masyarakat disuguhi dengan pemberitaan tentang tindakan pelecehan seksual sesama jenis dan pemnipuan yang dilakukan oleh seorang artis papan atas Indonesia, Indra Bekti. Meskipun belum ditemukan bukti otentik bahwa Indra Bekti memang melakukan pelecehan dan poenipuan, tetapi media seakan memberikan serangan bertubi-tubi kepada Indra Bekti.

Dalam kasus ini, ada dua nama yang mengaku menjadi korban dan melapor kepada kepolisian atas tindakan pelecehan dan penipuan yang dilakukan oleh Indra Bekti, yaitu Lalu Gigih Arsanova dan Reza Pahlevi. Mereka menuturkan bahwa Indra pernah mengajak mereka untuk datang kerumahnya yang ada di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan. Disitulah mereka mengaku telah diperlakukan secara tidak senonoh oleh artis yang sering menjadi presenter acara di beberapa stasiun televisi itu.

Karena media yang terus membombardir Indra dengan pemberitaan yang selalu menyudutkannya, hal ini membuat Indra frustasi, Akhirnya Indra Bekti didampingingi istrinya, Aldila Jelita, mengadakan konferensi pers untuk mengklarifikasi semua tuduhan yang menimpa dirinya dan meminta kepada pihak media agar tidak memberitakan kasus ini secara berlebihan. Selain itu, Indra bekti juga menjelaskan bahwa selain mengalami kerugian moril, kasus ini juga mengakibatkan kerugian materil, seperti Indra yang tidak mendapatkan tawaran pekerjaan lagi. Hal ini wajar dilakukan oleh Indra Bekti karna dalam UU No. 40 Tahun 1999 pasal 1 ayat 11 dijelaskan bahwa Hak Jawab adalah seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.

Setelah melakukan konferensi pers, Indra pun melaporkan balik Lalu Gigih ke pihak kepolisian dengan tuduhan pencemaran nama baik. Indra menuding bahwa apa yang dilakukan Lalu Gigih dan Reza Pahlevi adalah upa untuk mencari sensasi dengan ketenaran melalui jalan pintas.


Jumat, 05 Februari 2016

Jessica Dalang Dibalik Tewasnya Mirna

Beberapa minggu yang lalu, Indonesia dihebohkan dengan pemberitaan kasus teror bom di kawasan Sarinah, Jakarta. Belakangan ini, muncul pemberitaan terbaru, yang tidak kalah hebohnya dibandingkan dengan kasus teror bom di Sarinah, yaitu kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin. Wayan Mirna Salihin atau yang akrab disapa Mirna tewas setelah meminum secangkir kopi Vietnam. Setelah dilakukan penyelidikan oleh pikah kepolisian, ternyata ada kandungan asam sianida didalam kopi yang telah diminum Mirna.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kepolisian Polda Metro Jaya, maka terkumpul beberapa nama terkait dengan kasus terbunuhnya Mirna. Dan beberapa hari yang lalu, akhirnya kepolisian menetapkan Jessica, teman akrab Mirna, adalah tersangka dibalik terbunuhnya Mirna. Padahal sebelumnya status Jessica adalah saksi. Banyak spekulasi yang muncul dari semua kesaksian yang diberikan oleh Jessica, yang membuat kepolisian mengambil keputusan bahwa Jessica adalah dalang dibalik kasus pembunuhan ini.

Dalam hal ini, penulis akan mencoba menganalisa pemberitaan tentang kasus pembunuhan Mirna, yaitu dari segi kode etik jurnalistik / pemberitaan. Pertama-tamanya, penulis meminta maaf apabila ada kesalahan atau salah pengartian dalam menganalisa kasus ini, karna harap dimaklumi penulis masih berstatus mahasiswa di sebuah universitas negeri. di Padang. Sebelum masuk ke analisis yang ingin penulis utarakan, alangkah baiknya penulis menjelaskan dulu apa-apa saja Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI), antara lain :

Pasal 1: Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.
Pasal 2: Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.
Pasal 3: Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.
Pasal 4: Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
Pasal 5: Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.
Pasal 6: Wartawan Indonesia menyalahgunakan profesi dan menerima suap.
Pasal 7: Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan.
Pasal 8: Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa, serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.
Pasal 9: Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.
Pasal 10: Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.
Pasal 11: Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.



Baiklah, lanjut kepada analisa yang ingin penulis utarakan. Ada satu berita terbaru yang menjadi fokus dari penulis, yaitu berita dari sebuah media online, "Ogah Makan yang Biasa, Intip Elitenya Makanan Jessica Wongso di Sel Polda". (klik disini)

Dia dikabarkan tak mau menyantap menu gratis yang disiapkan polisi.

Selain itu, Jessica juga memesan donat bermerek JCo.

Dia diberi menu sate oleh polisi.

Menurut penulis, berita itu tidak ada nilai jurnalistiknya, melainkan hanya menambah "hangat" pemberitaan tentang kasus pembunuhan Mirna. Landasan penulis berpendapat seperti itu karena sebaiknya jurnalis/wartawan memberitakan hal yang lebih informatif. Seharusnya jurnalis bisa lebih selektif dalam memilih topik yang akan dijadikan berita, bukan hal-hal yang tidak penting seperti makanan Jessica selama menginap di dalam sel. Terkecuali jika jurnalis memberitakan Jessica dibesuk oleh keluarganya atau Jessica masih harus mengikuti beberapa penyelidikan yang dilakukan oleh pihak kepolisian, mungkin pemberitaan seperti itu akan lebih memberi informasi kepada masyarakat.

Saat inipun Jessica sudah ditetapkan sebagai tersangka, dan pemberitaan tentang kasus inipun mungkin harus dikurangi intensitasnya, mengingat masih banyak hal-hal penting atau kejadian lainnya di Indonesia yang jauh lebih bermanfaat untuk dipublikasikan, agar masyarakat tidak semakin dibutakan oleh media. Mengingat sejauh ini sudah terlalu banyak unsur-unsur kepentingan dalam media massa yang menyebabkan masyarakat hanya menerima pemberitaan yang disodorkan oleh media.

Sekian analisis penulis terkait pemberitaan tentang kematian Mirna, semoga menjadi pembelajaran untuk kita semua. Apabila ada salah atau kekurangan, mohon dimaafkan.

Rabu, 08 Januari 2014

S . E . L . V . I

Lama sudah blog ini gak ada isinya, akhirnya gue putuskan buat ngisi karya gue kesini. Sebenernya masih banyak kekurangan, tapi ya mana tau dengan gue post di blog, bakal ada masukan dan pembelajaran yang gue dapet.
Canon EOS 60D + 50mm f/1.8
1/160secs
ISO 400
© Wahyu Kurniawan | 2014
Canon EOS 60D + 50mm f/1.8
1/125secs
ISO 400
© Wahyu Kurniawan | 2014

Canon EOS 60D + 50mm f/1.8
1/80secs
ISO 800
© Wahyu Kurniawan | 2014

Canon EOS 60D + 50mm f/1.8
1/100secs
ISO 800
© Wahyu Kurniawan | 2014

Canon EOS 60D + 50mm f/1.8
1/125secs
ISO 400
© Wahyu Kurniawan | 2014

Canon EOS 60D + 50mm f/1.8
1/160secs
ISO 800
© Wahyu Kurniawan | 2014

Canon EOS 60D + 50mm f/1.8
1/160secs
ISO 800
© Wahyu Kurniawan | 2014


Rabu, 28 Agustus 2013

Move On? Why Not!


Move on itu apa sih? Definisi dari move on itu apa? Setahu gue move on itu bisa dibilang keep moving, artinya ya berlanjut. Berlanjut ke mana? Tentunya ke yang lebih baik!

Move on itu udah menjadi permasalahan umum di kalangan para "pecinta". Yap, rata-rata itu terjadi ya kalau lagi patah hati gara-gara ditolak cintanya, putus ditengah jalan, atau mungkin karna sering disakiti aja.

Kenapa gue ngebahas move on? Ya karna itu yang terbesit di otak gue. Mereka bilang nih ya, "move on tu ndak sagampang mambaliakan talapak tangan". Ada benernya juga sih, because everything need a process. Termasuk tuh si move on, kudu dijalanin dulu prosesnya.

Gue pribadi mungkin juga lagi tahap move on, ya setelah sekian lama menjalani hubungan tanpa status (menyakitkan daripada ldr), digantung (gak pake kecap), dan akhirnya gue ngambil keputusan sendiri kalau kayaknya kita harus nyari kebahagiaan masing-masing. Kata Mario Teguh, kalau dia emang terbaik buat kita, trus berpisah, ntar pasti balik lagi. Itu sempat terjadi ke gue, tapi ujung-ujungnya ya pergi lagi.

So, apa yang harus gue lakuin buat move on? Nih, gue bagiin tipsnya :

1. Lupakan Kenangan Manis
Yap, bukan maksud untuk ngebuang masa-masa indah kalian sama si mantan dulu. tapi kalo kalian tetep aja  keinget semua kenangan manis, yang ada kalian bakalan terhanyut sama masalalu, dan semakin sulit ngelupain si mantan. Inget aja kenangan buruk tentang si mantan, kenapa? Karna kalo gitu, kalian bakal mikir kalau dia gak pantes buat kalian miliki.

2. Jauhi Semua Hal Tentang Si Mantan
Jauhin semua hal yang bikin kalian inget sama si mantan. Contohnya nih, lagu kalian bersama si mantan (gue banyak nih yang beginian), tempat hang out bareng si mantan (beuh, banyaaaak), bahkan kalau perlu bakar semua foto, boneka, pokoknya barang permberian si mantan (nah, ini yang gak tega). Kalau itu cuma bikin kalian inget si mantan lagi, ya udah kasih ke gue aja, mau gue jual hahaha

3. Jangan Komunikasi dengan Si Mantan
Ini nih yang seharusnya kemaren ini gue hindarin. Abis mau gimana lagi, dia yang ngajak komunikasi duluan, ya gue merasa dikasih harapan lagi dong ._. Intinya sih jangan sms, telpon, bbm, atau stalking sosmednya (stalking itu karna care eaaaa) si mantan. karna itu salah satu cara buat kalian untuk bisa lupain dia. Kalau perlu delete nomernya, delcont bbm-nya, unfoll twitternya (kalau ini sih gak usah diikutin. terlalu ababil atau kekanak-kanakan). Cara yang sadis sih, tapi dari pada kalian terus-terusan stalking? Yang ada itu hati makin hancur brad/sist. Apa jadinya hati kalian nanti?

4. Sibukin Diri
Nah, kalau ini ya cari deh kesibukan diluar, kayak hang out bareng temen, kerja, atau bantuin gue dirumah juga boleh hahaha Semakin sibuk semakin mudah kalian ngelupain si mantan.

5. Cari Gebetan Baru
Ini sih yang lagi gue susun strateginya. Emang dia doang yang bisa? Gue juga bisa! Seperti apapun masa lalu kalian bareng si mantan, setidaknya dia adalah orang baik untuk kita dimasa depan untuk lebih selektif memilih pasangan. Nah, nyari gebetan baru buat ngegantiin posisi si mantan memang hal yang baik. tapi akan menjadi hal yang buruk ketika kalian hanya menjadikan mereka sebagai obat untuk masalalu kalian alias PELARIAN. Sebelum ngejadiin si gebetan tadi ke tahap selanjutnya alias pacar baru, kalian harus bisa yakinin kalau dia orang yang tepat, bahkan orang yang lebih baik dari mantan kalian, setidaknya luka yang diberi mantan kalian dulu gak bakalan terjadi lagi dengan gebetan baru kalian itu. Kalau masih kejadian? Itu namanya NASIB hahahaha. Ibaratnya nih, punya koreng belum sembuh udah kena air biasa. Untung air, kalau air asam? Kapan keringnya tuh koreng, ya kan? hahahaha 



Nah, itu beberapa tips move on dari gue. Coba aja satu-satu, mungkin ampuh. Sekian tips tengah malam dari gue, selamat mencoba!

Rabu, 27 Maret 2013

Pilih lensa Fix, Tele, atau Wide?


Bagi seorang fotografer, pemilihan lensa adalah hal yang paling galau, lebih galau dibanding putus ama pacar atau digantungin ama gebetan

Kenapa? Ya karna lensa adalah salah satu dari sekian banyak hal terpenting dalam fotografi. Tapi gak sedikit juga fotografer yang mampu memaksimalkan satu lensa untuk bermacam-macam jenis fotografi. Contoh : 18-55mm bisa lo pake untuk foto still life, model, landscape, bahkan human interest. Tapi meskipun bisa dimaksimalkan, akan lebih maksimal jika sebuah jenis fotografi dilakukan dengan lensa yang tepat.

Nah, kali ini gue yang jadi korban kegalauan karna LENSA.
Gue galau karna :

1. Fix
Secara umum, gue sering foto modelling gitu. Akhirnya sewaktu gue baru beli kamera, gue sempetein buat nabung dan duit tabungan itu gue pake buat beli lensa termurah, yaitu 50mm f/1,8. Ya walaupun ilmu gue masih cetek, tapi ngeliat hasil jepretan dari lensa fix itu sesuatu banget! Apalagi bokeh yang dihasilin. Bahkan saking sukanya ama fix, gue punya keinginan buat beli lensa fix yang EF 135mm f/2,0L USM.

2. Tele


Awal mulanya gue make lensa tele yaitu waktu gue minjem kamera temen. Kalau kagak salah, waktu itu temen gue make lensa tele merk Thamron yang 70-300. Nah, waktu pertama megang, gue mikir kalau ternyata lensa tele itu ribetnya yaitu di focal lenght terpendek, 70mm. Bayangin aja kalau lo mau foto model, lo musti berjarak 3-4 meter dari model lo biar keliatan full body. Ribet kan? Banget!

Tapi sewaktu gue dapet tugas buat nyari foto human interest, gue keinget ama temen gue yang punya lensa tele itu. Soalnya gue kepikiran kalau dengan range yang sejauh itu, kayaknya bakal ngebantu banget buat ngetake foto human interest. Akhirnya dari sanalah gue mulai suka ama lensa tele. Ya karna gue bisa leluasa ngambil foto human interest yang menurut gue foto human interest itu berjiwa sosial banget.

3. Wide
Selanjutnya lensa yang bikin gue galau yaitu lensa wide. Gue pertama kali make lensa wide yaitu waktu diajak hunting ama senior di kampus. Waktu itu dia make lensa wide Canon yang 10-22. Yang gue suka dari lensa wide ini yaitu distorsinya yang bisa ngebikin gambar "sedikit" fish eye kalau dalam range dekat, dan bakal ngebantu banget buat foto landscape. Sewaktu gue ngeliat hasil-hasil jepretan landscape senior gue make lensa wide ini, gue semakin penasaran. Akhirnya gue belajar foto landscape dari senior gue itu, ya walaupun gue cuma make 18-55, tapi alhamdulillah banget karya gue udah lumayan. Dari sinilah gue makin suka ama lensa wide yang menurut pemikiran gue bakal ngebantu banget buat foto landscape.

For now, mungkin gue dilema banget antara fix atau wide. Gue suka dua-duanya dan gue baru punya fix yang 50mm. Gue suka modelling dan landscape. Tapi sayangnya gue gak ada DUIT. Mungkin dari postingan gue ini, ada temen-temen yang bisa ngasih saran lensa mana sih yang harus gue beli. Intinya lensa yang bakal gue beli bakal ngasih income buat gue.

Kamis, 07 Februari 2013

Landscape di Januari 2013

Beberapa gambar dipostingan gue kali ini adalah beberapa gambar hasil jepretan gue sendiri, ditambah sedikit sentuhan photoshop dan lightroom. Memang masih banyak kekurangan, tapi yang namanya belajar pasti selalu menerima semua kritikan. Toh kita bisa belajar dari kritikan. Buat karya gue kali ini seih kebanyakan foto landscape. Soalnya gue lagi memperdalam ilmu di landscape. Oh ya, untuk pengambilan beberapa foto dibawah yang gue pakai yaitu Canon EOS 60D + EF-S 18-55mm f/4,5-5,6 + GND Filter + Tripod.


A Golden Time
Canon EOS 60D
f/22
ISO 100
1,4secs
Iseng-iseng motret suasana pengunjung pantai
Sunset after the Rain
Canon EOS 60D
f/22
ISO 100
30secs

Colorful Sky
Canon EOS 60D
f/22
ISO 100
4secs 
Blue Sky At Nirvana Beach
Canon EOS 60D
f/16
ISO 100
25secs
A Stones and the Sea
Canon EOS 60D
f/10
ISO 160
30secs
Itulah beberapa karya gue di bulan Januari 2013 ini. Semoga beberapa foto gue diatas bisa jadi inspirasi buat kalian yang suka ama foto landscape. Trus juga jangan lupa ninggalin komentarnya :)